1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan
internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara
lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah
terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra,
Amber Road), dampaknya
terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi,
dan kehadiran perusahaan multinasional.
2. Perkembangan
Ekspor Indonesia
3. Tingkat Daya Saing
Tingkat daya saing dunia kerja di
Indonesia menduduki peringkat ke-35 dari 58 negara yang disurvei lembaga
pengembangan manajemen internasional (International Management Development/IMD)
pada 2010.
"Peringkat daya saing Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakretrans), Muhaimin Iskandar, di Surabaya, Rabu.
Oleh sebab itu, menurut dia, tidak salah jika survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2010 menyatakan angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi.
"Angka pengangguran mencapai 8,59 juta orang atau sekitar 7,41 persen dari 116 juta orang total angkatan kerja," katanya dalam peringatan Hari Lahir ke-50 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu.
Dari angka itu, tercatat jumlah penganggur dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi mulai dari D-1 hingga S-1 mencapai 1,36 juta orang atau sekitar 15,84 persen penganggur.
"Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas bangsa Indonesia sebagaimana hasil survei IMD," katanya.
Muhaimin menyebutkan, penyebab terjadinya pengangguran adalah kesempatan kerja tidak cukup mampu menyerap angkatan kerja yang ada.
Selain itu, kurang berfungsinya pasar kerja dengan baik. Dalam kondisi seperti itu, terdapat lowongan pekerjaan yang belum terisi di satu pihak dan terdapat tenaga kerja yang belum bekerja di lain pihak.
Di saat yang bersamaan jumlah dan jenis tenaga kerja tidak sama sehingga terdapat hambatan mobilitas wilayah, sektoral, kesempatan, dan waktu pindah pekerjaan.
"Sasaran tingkat pengangguran terbuka pada 2014 adalah lima hingga enam persen. Ini berarti tingkat pengangguran dapat ditekan sebesar 1,87 hingga 2,18 persen dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada 2009 sebesar 7,87 persen," katanya.
Pemerintah telah memproyeksikan jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang hanya berpendidikan sekolah dasar akan berkurang sehingga tersisa sekitar 10 persen pada 2015.
Di sisi lain, jumlah mereka yang berpendidikan SMA ke atas akan meningkat menjadi 30 persen pada 2015 karena meningkatnya jumlah angkatan kerja dengan pendidikan yang lebih baik mempunyai implikasi kebijakan di bidang pembangunan ekonomi.
"Ini menjadi tantangan kita bersama. Saya berharap kader PMII dapat memahami, menganalisis realita, dan menindaklanjuti pemikiran ini menjadi suatu aksi yang konkret, konstruktif, dan produktif, demi kemaslahatan bangsa," kata mantan Ketua Umum PB PMII itu.
(T.M038/P003)
"Peringkat daya saing Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakretrans), Muhaimin Iskandar, di Surabaya, Rabu.
Oleh sebab itu, menurut dia, tidak salah jika survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2010 menyatakan angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi.
"Angka pengangguran mencapai 8,59 juta orang atau sekitar 7,41 persen dari 116 juta orang total angkatan kerja," katanya dalam peringatan Hari Lahir ke-50 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu.
Dari angka itu, tercatat jumlah penganggur dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi mulai dari D-1 hingga S-1 mencapai 1,36 juta orang atau sekitar 15,84 persen penganggur.
"Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas bangsa Indonesia sebagaimana hasil survei IMD," katanya.
Muhaimin menyebutkan, penyebab terjadinya pengangguran adalah kesempatan kerja tidak cukup mampu menyerap angkatan kerja yang ada.
Selain itu, kurang berfungsinya pasar kerja dengan baik. Dalam kondisi seperti itu, terdapat lowongan pekerjaan yang belum terisi di satu pihak dan terdapat tenaga kerja yang belum bekerja di lain pihak.
Di saat yang bersamaan jumlah dan jenis tenaga kerja tidak sama sehingga terdapat hambatan mobilitas wilayah, sektoral, kesempatan, dan waktu pindah pekerjaan.
"Sasaran tingkat pengangguran terbuka pada 2014 adalah lima hingga enam persen. Ini berarti tingkat pengangguran dapat ditekan sebesar 1,87 hingga 2,18 persen dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada 2009 sebesar 7,87 persen," katanya.
Pemerintah telah memproyeksikan jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang hanya berpendidikan sekolah dasar akan berkurang sehingga tersisa sekitar 10 persen pada 2015.
Di sisi lain, jumlah mereka yang berpendidikan SMA ke atas akan meningkat menjadi 30 persen pada 2015 karena meningkatnya jumlah angkatan kerja dengan pendidikan yang lebih baik mempunyai implikasi kebijakan di bidang pembangunan ekonomi.
"Ini menjadi tantangan kita bersama. Saya berharap kader PMII dapat memahami, menganalisis realita, dan menindaklanjuti pemikiran ini menjadi suatu aksi yang konkret, konstruktif, dan produktif, demi kemaslahatan bangsa," kata mantan Ketua Umum PB PMII itu.
(T.M038/P003)
Sumber :